UNTUK MAMA
Cerpen Karya Lilly Paut
“Terimakasih mama, sudah menghadirkan aku didunia ini..”
“Terimakasih mama, masih setia di sampingku dan
mengenalkan ku pada dunia ini...”
“Terimakasih mama..”
“Dilla, sarapannya mana? Kenapa belum kamu siapkan?!” ucap mama.
“Maaf ma, tadi Dilla bangun kesiangan jadi tidak sempat menyiapkan sarapan” tundukku.
“Apa? Tidak sempat menyiapkan sarapan? Kamu.. hahh bosan ngomelin kamu terus. Dasar anak nggak tahu di untung. Hari ini kamu tidak dapat uang jajan, biar tahu rasa kamu.” Kata mama dengan wajah yang benar-benar marah.
“Tapi ma,...” belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku.
“Tapi apa? Hahh.. sudah pergi sekolah sana, kalau tidak ganti seragam mu dan buatkan mama sarapan!”
“Baik ma..”
“Ingat jangan pulang terlambat” pesan mama.
‘Tuhan, maafkan aku.. karena kesalahan ku, aku sudah membuat mama marah di pagi ini..’ lirih ku dalam hati.
Hari ini aku ke sekolah dengan uang seadanya yang sengaja ku sisahkan dari hari kemarin. Aku tak membayangkan apa jadinya jika hari ini aku harus ke sekolah dengan berjalan kaki. Apalagi jarak rumah dan sekolah lumayan jauh.
***
Perkenalkan nama ku Nadilla, umur ku 16 tahun. Aku dilahirkan di dunia ini oleh seorang wanita cantik. Ya, dialah mama ku. Mama yang sangat aku cintai. Tentang ayah ku... aku tak pernah mengenalnya, bahkan melihat wajahnya pun tidak pernah. Aku tak tahu dimana keberadaannya. Setiap kali aku menanyakan tentang ayah kepada mama, mama selalu membentakku dan berkata bahwa dia sangat membenci ayah dan juga tak ingin melihat ayah lagi di dunia ini.
Sebenci apa pun mama pada ayah, aku tetep berharap dan ingin sekali bertemu dengannya, karena dia juga yang menghadirkan aku di dunia ini.
***
Kring..........
Lonceng pulang sekolah berbunyi dan aku harus secepatnya sampai di rumah, aku tak ingin membuat mama marah lagi.
Aku bergegas keluar dari area sekolah dan menuju halte bus.
“huh.. Kenapa siang ini ramai sekali? Aku bisa telat sampai rumah kalau keadaan seperti ini!” rutukku kesal.
Bus-bus melaju dengan kecapatan tinggi, menandakan bahwa transportasi itu sarat akan penumpang.
45 menit berlalu.(14.15 WITA)
Akhirnya bus yang aku tunggu-tunggu datang juga. Dalam perjalanan menuju rumah, hanya kegelisahan yang aku rasakan.
“Siang ma, maaf aku pulang terlambat soalnya...”
“Jangan terlalu banyak alasan. Cepat ganti pakaian mu dan siapkan makanan yang
enak karena hari ini teman-teman lama mama akan kesini.” Perintah mama.
“Ia ma.” Aku berjalan masuk ke kamarku.
Aku ingin sekali memasak bersama mama, seperti teman-teman yang lain yang selalu
mencoba setiap resep makanan baru bersama mama mereka, bercanda, tertawa bersama mama. Tapi, jika dengan cara menyuruh ku, mama merasa bahagia, maka apa pun akan aku lakukan. Karena tawa mama adalah kebahagiaan bagi ku dan kesedihan mama adalah air mata bagiku.
Satu jam kemudian aku baru selelsai melakukan tugas ku.
“Akhirnya selesai juga.....” aku menghembuskan napas lega.
“Mama, aku sudah selesai memasak dan semuanya sudah ku siapkan di meja makan”
laporku.
“Baguslah. Mandilah, karena kamu harus melayani tamu-tamu mama.”
“Mama, aku harus mengerjakan tugas sekolah ku..” sanggah ku.
“Kamu mau membantah mama?. Kamu mau menyuruh mama untuk melakukan
semuanya?. Kamu kan masih bisa mengerjakan tugas mu sebentar malam Dila. Sudah jangan membantah mama, cepat mandi karena tamu-tamu mama sedang dalam perjalanan..” kata mama panjang lebar.
Aku berjalan kembali ke kamar ku.
‘Untuk mu mama apa pun akan ku lakukan, walau harus mengorbankan kepentingan ku.’
Tamu-tamu mama datang silih berganti aku sampai kewalahan menyiapkan makanan dan minuman.
“Ini anakmu Ane?” tanya seorang wanita dengan cincin berlian mengintari hampir semua jarinya, kepada Mama.
“Ya, begitulah..” jawab mama santai.
“Apakah diumahmu tidak ada pembantu Ane? Sewalah seorang pembantu agar tidak
menyusahkan anakmu.”
“Ini kan sebagai baktinya kepadaku..” mama tersenyum sisnis.
“Ane, jangan karena kau membenci ayanhnya kau jadi melampiaskan kekesalan mu
pada nya. Biarkan dia menjalani masa remaja nya dengan santai dan tidak terbebani dengan dengan tugas rumah.”
“Sudahlah tak usah membahas itu lagi, dan jangan mengungki-ungkit tentang lelaki itu!” tutur mama kesal.
Ya... sudah sepantasnya aku mengabdikan diri kepada mama.... karena mungkin
hanya inilah cara yang bisa ku gunakan untuk membalas kebaikan mama. Tapi ada pembicaraan yang sempat membuat ku kaget. Siapa lelaki yang tadi dibicarakan mama dengan tante itu. Apakah dia ayah ku?
2 jam berlalu.(17.30 WITA)
“Dilla. Selesaikan tugas mu di dapur baru kamu boleh mengerjakan PR mu.”
“Ma.. ada yang ingin aku tanyakan. Siapa sebenarnya ayahku? Ma.. jelaskan pada ku sekali ini saja..” pinta ku.
“Sudah aku katakan berlang kali jangan menanyakan tentang ini. Karena aku takakan pernah membahas tentang orang itu ” bentak mama. Aku tak peduli dengan kemarahan mama kali ini, apa pun terjadi aku harus tahu siapa ayah kandung ku.
“Mama.. aku mohon tolong beritahu..”
“Baiklah akan ku ceritakan padamu. Kau tahu, kau adalah anak yang kehadirannya tak pernah diinginkan oleh siapa pun. Lelaki gila itu, dia menghamiliku dan pergi.. dan karena itu aku di usir oleh keluarga ku. Karena kehadiran mu hanya membawa mala petaka bagi ku. Seharusnya dulu aku membunuh mu agar kau tidak menyusahkan ku.” Mama semakin marah dan lari menuju kamar. Mama terpeleset di depan pintu kamarnya dan kepalanya terbentur tembok. Darah pun bercucuran. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa menangis.
Mendengar isak tangis ku tetangga berdatangan dan menanyakan apa yang terjadi. Mereka lalu membopong mama dan membanya ke rumah sakit.
‘Maafkan aku mama, seharusnya aku tak menanyakan ayah kepada mama. Mama sudah bersusah payah mengubur masa lalu ini, tetapi aku coba untuk menggalinya dan membuat mama menangis, membuat mama terluka..’ ratap ku.
2 hari berlalu.
2 hari tertidur, akhirnya mama tersadar. Aku sangat bahagia, tapi tidak dengan mama.
“Anak haram.. anak sial.. pergi dari hidupku tak pusakah kau melikat ku menderita selama bertahun-tahun?? Kau sama saja dengan lelaki itu.. kalian menghancurkan hidupku..” aku menerima semua makian mama.
“Ma.. maaf..”
“Jangan panggil aku mama. Sebaiknya sekarang kamu pergi dari hadapan ku, pergi menyusul lelaki itu.. entah kemana saja ke ujung dunia, ke neraka.. aku tak peduli.. bahkan jika kau menghilang dari bumi ini dan mati itulah kebahagiaan ku... dengar lah AKU SANGAT MEMBENCI LELAKI ITU DAN KAMU DILLA...”
***
Mama apa pun yang engkau inginkan akan ku lakukan... karena aku ingin
membahagiakanmu... dengan cara apa pun itu... jika dengan ‘menghilang dari peredaran bumi ini’ dapat membahagiakan mu, maka akan kulakukan...
SEMUA INI KU LAKUKAN UNTUK MU MAMA
Cerpen Karya Lilly Paut
“Terimakasih mama, sudah menghadirkan aku didunia ini..”
“Terimakasih mama, masih setia di sampingku dan
mengenalkan ku pada dunia ini...”
“Terimakasih mama..”
“Dilla, sarapannya mana? Kenapa belum kamu siapkan?!” ucap mama.
“Maaf ma, tadi Dilla bangun kesiangan jadi tidak sempat menyiapkan sarapan” tundukku.
“Apa? Tidak sempat menyiapkan sarapan? Kamu.. hahh bosan ngomelin kamu terus. Dasar anak nggak tahu di untung. Hari ini kamu tidak dapat uang jajan, biar tahu rasa kamu.” Kata mama dengan wajah yang benar-benar marah.
“Tapi ma,...” belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku.
“Tapi apa? Hahh.. sudah pergi sekolah sana, kalau tidak ganti seragam mu dan buatkan mama sarapan!”
“Baik ma..”
“Ingat jangan pulang terlambat” pesan mama.
‘Tuhan, maafkan aku.. karena kesalahan ku, aku sudah membuat mama marah di pagi ini..’ lirih ku dalam hati.
Hari ini aku ke sekolah dengan uang seadanya yang sengaja ku sisahkan dari hari kemarin. Aku tak membayangkan apa jadinya jika hari ini aku harus ke sekolah dengan berjalan kaki. Apalagi jarak rumah dan sekolah lumayan jauh.
***
Perkenalkan nama ku Nadilla, umur ku 16 tahun. Aku dilahirkan di dunia ini oleh seorang wanita cantik. Ya, dialah mama ku. Mama yang sangat aku cintai. Tentang ayah ku... aku tak pernah mengenalnya, bahkan melihat wajahnya pun tidak pernah. Aku tak tahu dimana keberadaannya. Setiap kali aku menanyakan tentang ayah kepada mama, mama selalu membentakku dan berkata bahwa dia sangat membenci ayah dan juga tak ingin melihat ayah lagi di dunia ini.
Sebenci apa pun mama pada ayah, aku tetep berharap dan ingin sekali bertemu dengannya, karena dia juga yang menghadirkan aku di dunia ini.
***
Kring..........
Lonceng pulang sekolah berbunyi dan aku harus secepatnya sampai di rumah, aku tak ingin membuat mama marah lagi.
Aku bergegas keluar dari area sekolah dan menuju halte bus.
“huh.. Kenapa siang ini ramai sekali? Aku bisa telat sampai rumah kalau keadaan seperti ini!” rutukku kesal.
Bus-bus melaju dengan kecapatan tinggi, menandakan bahwa transportasi itu sarat akan penumpang.
45 menit berlalu.(14.15 WITA)
Akhirnya bus yang aku tunggu-tunggu datang juga. Dalam perjalanan menuju rumah, hanya kegelisahan yang aku rasakan.
“Siang ma, maaf aku pulang terlambat soalnya...”
“Jangan terlalu banyak alasan. Cepat ganti pakaian mu dan siapkan makanan yang
enak karena hari ini teman-teman lama mama akan kesini.” Perintah mama.
“Ia ma.” Aku berjalan masuk ke kamarku.
Aku ingin sekali memasak bersama mama, seperti teman-teman yang lain yang selalu
mencoba setiap resep makanan baru bersama mama mereka, bercanda, tertawa bersama mama. Tapi, jika dengan cara menyuruh ku, mama merasa bahagia, maka apa pun akan aku lakukan. Karena tawa mama adalah kebahagiaan bagi ku dan kesedihan mama adalah air mata bagiku.
Satu jam kemudian aku baru selelsai melakukan tugas ku.
“Akhirnya selesai juga.....” aku menghembuskan napas lega.
“Mama, aku sudah selesai memasak dan semuanya sudah ku siapkan di meja makan”
laporku.
“Baguslah. Mandilah, karena kamu harus melayani tamu-tamu mama.”
“Mama, aku harus mengerjakan tugas sekolah ku..” sanggah ku.
“Kamu mau membantah mama?. Kamu mau menyuruh mama untuk melakukan
semuanya?. Kamu kan masih bisa mengerjakan tugas mu sebentar malam Dila. Sudah jangan membantah mama, cepat mandi karena tamu-tamu mama sedang dalam perjalanan..” kata mama panjang lebar.
Aku berjalan kembali ke kamar ku.
‘Untuk mu mama apa pun akan ku lakukan, walau harus mengorbankan kepentingan ku.’
Tamu-tamu mama datang silih berganti aku sampai kewalahan menyiapkan makanan dan minuman.
“Ini anakmu Ane?” tanya seorang wanita dengan cincin berlian mengintari hampir semua jarinya, kepada Mama.
“Ya, begitulah..” jawab mama santai.
“Apakah diumahmu tidak ada pembantu Ane? Sewalah seorang pembantu agar tidak
menyusahkan anakmu.”
“Ini kan sebagai baktinya kepadaku..” mama tersenyum sisnis.
“Ane, jangan karena kau membenci ayanhnya kau jadi melampiaskan kekesalan mu
pada nya. Biarkan dia menjalani masa remaja nya dengan santai dan tidak terbebani dengan dengan tugas rumah.”
“Sudahlah tak usah membahas itu lagi, dan jangan mengungki-ungkit tentang lelaki itu!” tutur mama kesal.
Ya... sudah sepantasnya aku mengabdikan diri kepada mama.... karena mungkin
hanya inilah cara yang bisa ku gunakan untuk membalas kebaikan mama. Tapi ada pembicaraan yang sempat membuat ku kaget. Siapa lelaki yang tadi dibicarakan mama dengan tante itu. Apakah dia ayah ku?
2 jam berlalu.(17.30 WITA)
“Dilla. Selesaikan tugas mu di dapur baru kamu boleh mengerjakan PR mu.”
“Ma.. ada yang ingin aku tanyakan. Siapa sebenarnya ayahku? Ma.. jelaskan pada ku sekali ini saja..” pinta ku.
“Sudah aku katakan berlang kali jangan menanyakan tentang ini. Karena aku takakan pernah membahas tentang orang itu ” bentak mama. Aku tak peduli dengan kemarahan mama kali ini, apa pun terjadi aku harus tahu siapa ayah kandung ku.
“Mama.. aku mohon tolong beritahu..”
“Baiklah akan ku ceritakan padamu. Kau tahu, kau adalah anak yang kehadirannya tak pernah diinginkan oleh siapa pun. Lelaki gila itu, dia menghamiliku dan pergi.. dan karena itu aku di usir oleh keluarga ku. Karena kehadiran mu hanya membawa mala petaka bagi ku. Seharusnya dulu aku membunuh mu agar kau tidak menyusahkan ku.” Mama semakin marah dan lari menuju kamar. Mama terpeleset di depan pintu kamarnya dan kepalanya terbentur tembok. Darah pun bercucuran. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa menangis.
Mendengar isak tangis ku tetangga berdatangan dan menanyakan apa yang terjadi. Mereka lalu membopong mama dan membanya ke rumah sakit.
‘Maafkan aku mama, seharusnya aku tak menanyakan ayah kepada mama. Mama sudah bersusah payah mengubur masa lalu ini, tetapi aku coba untuk menggalinya dan membuat mama menangis, membuat mama terluka..’ ratap ku.
2 hari berlalu.
2 hari tertidur, akhirnya mama tersadar. Aku sangat bahagia, tapi tidak dengan mama.
“Anak haram.. anak sial.. pergi dari hidupku tak pusakah kau melikat ku menderita selama bertahun-tahun?? Kau sama saja dengan lelaki itu.. kalian menghancurkan hidupku..” aku menerima semua makian mama.
“Ma.. maaf..”
“Jangan panggil aku mama. Sebaiknya sekarang kamu pergi dari hadapan ku, pergi menyusul lelaki itu.. entah kemana saja ke ujung dunia, ke neraka.. aku tak peduli.. bahkan jika kau menghilang dari bumi ini dan mati itulah kebahagiaan ku... dengar lah AKU SANGAT MEMBENCI LELAKI ITU DAN KAMU DILLA...”
***
Mama apa pun yang engkau inginkan akan ku lakukan... karena aku ingin
membahagiakanmu... dengan cara apa pun itu... jika dengan ‘menghilang dari peredaran bumi ini’ dapat membahagiakan mu, maka akan kulakukan...
SEMUA INI KU LAKUKAN UNTUK MU MAMA
PROFIL PENULIS
Nama : Lilly Paut
Umur : 17th
fb : Lilly Paut / Lilly ElfSiwonest
Umur : 17th
fb : Lilly Paut / Lilly ElfSiwonest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar